My Diary : Hanya Aku

masih jelas dalam ingatanku kejadian dimalam itu. Aku berjalan sendiri di  lorong gelap hanya di temani setitik cahaya lilin yang ku bawa bersama langkah kakiku. Lukisan-lukisan manusia yang terpasang di dinding seolah bergerak dalam lorong gelap. Bunyi derik kayu kerap terdengar setiap ku melangkahkan kaki seolah kayu-kayu itu sudah tidak tahan lagi menahan berat badanku. Aku terus bertanya dalam setiap langkahku, bagaimana caranya aku bisa sampai disini yang terakhir ku ingat adalah aku sedang sendiri di taman dan kemudian semua serasa gelap. saat tersadar, aku sudah berada di rumah ini dengan sebatang lilin yang sedang menyala di sampingku sementara didepanku hanya ada lorong gelap di hadapanku sedangkan dibelakangku sebuah pintu kayu besar yang tidak bisa kubuka.
           aku sampai di ujung lorong. Sebuah pintu kayu tua tepat berada didepanku.aku bertanya-tanya apa yang tersembunyi dibalik pintu tersebut. Aku berharap tidak membuka pintu tersebut tapi aku tidak mungkin kembali berbalik arah dan melewati lorong itu sekali lagi sebab aku tidak tahu apa yang telah menunggu di dalam kegelapan lorong sedangkan lilin yang kubawa sudah mulai habis terbakar panasnya api yang menyala.
            Ku sentuh gagang pintu tersebut, ternyata pintu tersebut tidak terkunci. Ku dorong pintu tersebut hingga ku bisa melihat isi sebagian ruangan tersebut. Aku mulai melangkah masuk kedalam ruangan besar tersebut. di ruangan tersebut, terdapat sebuah kursi goyang tua yang terus bergoyang sendiri, dinding yang penuh dengan lukisan menyeramkan dan juga potongan kepala-kepala hewan hasil buruan, di ruangan tersebut terdapat 2 buah pintu yang sama-sama dikunci dengan palang kayu yang dipasak kedinding sementara di sudut kiri ruangan tersebut ada sebuah tangga menuju lantai yang lebih atas. 
              tidak ada pilihan lain, aku harus menaiki tangga tersebut berharap menemukan balkon sehingga aku bisa keluar. Saat ku mulai  menaiki anak tangga, tiba-tiba ku mendengar suara pintu di banting dari belakangku, pintu yang tadi ku buka sudah tertutup lagi. Saat ku kembalikan pandangan ku kedepan, sebuah bayangan  hitam tiba-tiba lewattepat dihadapanku. Hal tersebut membuat ku tersandung ke belakang hingga menjatuhkan lilin yang ku pegang, beruntungnya  lilin tersebut bisa kutangkap sebelum jatuh ke lantai dan membakar habis bangunan ini           
            Di lantai atas, aku menemukan 3 buah pintu yang berderet di sampingku, 1 terletak di kiri dan 2 lagi terletidak di kanan, semua pintu tersebut sepertinya tidak terkunci. Pertama ku buka pintu yang terletidak di sebelah kiri, ternyata pintu tersebut menghubungkanku dengan ruang musik dengan sebuah piano tua terletak ditengah-tengah ruang tersebut. aku tidak menemukan jalan keluar di ruangan tersebut hingga aku memutuskan menutup kembali pintu tersebut. , aku mendengar bunyi permainan  piano dari ruangan tersebut.ketika ku menutup pintu tersebut tapi saat kubuka kembali, suara permainan piano tersebut berhenti.           
Entahlah apa yang terjadi aku tidak mau memikirkannya. Aku bergerak kepintu di sebelah kanan, aku berjalan sebentar untuk mencapai pintu yang kedua sebab pintu tersebut terletak agak jauh, saat ku berjalan, kaki terasa berat untuk di angkat . aku penasaran dengan apa yang terjadi oleh sebab itu kudekatkan lilin yang kubawa ke kaki kiri ku yang terasa berat . aku melihat potongan tangan sedang mencengkram kakiku. aku menarik kakiku dari tangan tersebut dan berlari masuk kedalam ruangan pintu terdekat tidak peduli apa yang ada di dalamnya.
           Ruangan tersebut kosong hanya terdapat jendela, dan lemari tua, aku merasa beruntung karena menemukan jendela dengan begitu aku bisa keluar dari rumah ini, namun  ternyata masuk keruangan itu adalah hal yang paling ku sesali. 
       Tiba-tiba saja jendela ruangan tersebut terbuka dan angin kencang masuk mengambil nafas cahaya dari lilinku sehingga membuat ruangan ini menjadi gelap. Setelah sang angin mematikan lilinku, jendela tersebut tertutup lagi.
            Aku melihat ke segala arah, mencari sesuatu yang mungkin bisa kugunakan untuk pencahayaan. Namun tidak ada yang bisa kugunakan. ruangan ini terlalu kosong. Tiba-tiba aku merasa ada yang menyentuh pundakku tapi saat ku berpaling  tidak ada apapun dibelakangku. alunan musik alunan piano kembali berbunyi. ini semakin membuatku takut, keadaan ini semakin mencekam ketika ku mendengar langkah kaki yang mendekat, tanpa pikir panjang aku bersembunyi di lemari tua yang ada di ruangan tersebut.
            Detak jantung berdetak semakin cepat karena suara langkah kaki tersebut terdengar semakin keras dan mendekat, sesaat kemudian sebuah cahaya masuk kedalam ruangan di ikuti bayangan seseorang yang memegang sesuatu. Bayangan orang tersebut bergerak mendekati lemari, aku terlalu takut untuk membuka mataku saat kudengar pintu lemari mulai terbuka . Ku menunggu di balik pejaman mata tapi tidak ada satu pun hal yang terjadi. Ku beranikan membuka mata dan melihat apa yang terjadi. saat ku buka mata ternyata yang ku lihat adalah teman ku alex dia membawa sebuah kue ulang tahun.
            “happy birthday claudia” ucapnya
            “apa maksudmu?” tanyaku
            “hari ini hari ulangtahunmu  bukan?, ini hadiah dariku” ucapnya dengan tampang tanpa dosa.
            “jadi semua ini kau yang lakukan?” tanyaku, dan ia menjawabnya dengan mengangguk
“betapa jahatnya kau pada ku” ucapku sambil menampar wajahnya, dan kemudian merebut kunci dan senter dari tangannya tidak peduli kue yang di bawa jatuh kelantai.
            Ku berlari menuruni tangga dan membuka pintu yang terdapat lantai bawah. Ku terus berlari sambil meneteskan air mata, dengan pikiran tetap pada alex, alex memang orang yang aneh tapi tidak pernah ku sangka dia begitu jahat padaku, membuat kuketakutan dan membiarkanku di rumah itu dalam kegelapan, aku tidak bisa memaafkannya dalam pikiranku saat itu.
            Karena terlalu lelah berlari, aku berhenti di sebuah taman. ternyata saat ku melihat ke belakang aku melihat alex tengah mengejarku.
            “kenapa kau mengejarku? Apa kau tidak puas dengan apa yang kau lakukan pada ku di rumah tersebut?” tanya ku sambil marah.        
            ‘aku hanya ingin minta maaf, aku tidak pernah berniat membuatmu takut dan terluka claudia” jawabnya.   
            “lalu apa maksudmu dengan menculikku dan membiarkan ku di rumah tersebut?” tanyaku.
            “aku hanya ingin memberimu kejutan dengan caraku, aku tahu aku aneh, aku tahu aku hanya makhluk asing di hidupmu, aku tahu aku selalu yang paling terpojok” ucapnya. “tapi salahkah memberikan sebuah kejutan yang mungkin tidak bisa kau lupakan karena mungkin itu hal yang terakhir ku berikan padamu. Ini semua kulakukan karena aku suka kamu” .
            Mendengar kalimat terakhir yang ia ucapkan membuat ku merasa seolah waktu di sekitar ku berhenti,  aku tidak pernah menyangka ia akan mengatidakan itu.        
            “maksud mu apa?” tanyaku
            “aku suka pada mu apa itu kurang jelas” jawabnya, “yah mungkin kau tidak pernah berharap aku yang mengatakan hal itu padamu, dan mungkin usaha yang aku lakukan saat ini adalah sia-sia, lebih baik aku pulang sajalah, selamat ulang tahun claudia maaf membuat mu sedih di hari ulang tahunmu”
            Ku melihat ia berbalik dan kemudian pergi, aku tidak tahu harus berbuat apa aku bingung, sebagian hatiku masih marah, tapi bagian yang lain seolah merasakan suatu rasa, mana yang harus ku percaya, tapi akhirnya kusadari dia memang benar-benar tulus memberikan segala sesuatunya meski ku akui cara yang dia lakukan adalah salah..
sebelum ia melangkah terlalu jauh aku melemparkan sebuah tanya padanya
            “kau hanya mau bilang suka padaku saja? Apakah kau tidak berharap yang lebih?” 
            dia berbalik badan, namun ucapan yang ku dengar sungguh berbeda dari yang kuduga.  
        
            “tidak, aku hanya ingin mengatakan itu saja, pasti ada seseorang yang lebih baik dari padaku untuk menjadi kekasihmu” ucapnya, “tapi aku akan selalu menjagamu dan menyayangimu dari sudut yang tidak pernah kau tahu, selamat malam dan selamat ulang tahun claudia”

            Sebuah jawaban yang tidakkan pernah ku dengar dari lelaki manapun. Dia begitu rela terluka demi menyayangiku tapi tidak mau mendapatkan kebahagian dengan menjadi pacarku karena merasa tidak pantas.

            Malam ini adalah malam yang tidakkan pernah ku lupakan terutama kau Alex temanku yang ku sayangi dari hatiku

Komentar

Postingan Populer