penyakit gila nomor 26 tidak bisa membedakan ditolak dan diterima

         aku masih memikirkan wanita yang hanya sekali kutemui diperon kereta tahun lalu. entah apa yang membuatnya berbeda sehingga aku tidak bisa melupakannya. kalau dikatakan cantik, masih banyak yang lebih cantik dari pada dirinya. lalu mengapa aku tetap tidak bisa melupakannya. terkadang aku mencoba mensketsa wajah menerka-nerka wajahnya yang kini samar-samar ku ingat. rasanya aku ingin mencoba bertemu dengannya sekali lagi dan benar-benar berkenalan dengannya. 
        secangkir kopi malam ini menjadi penuh dengan tanya dan tekadku untuk mengenal dia lebih jauh. aku berniat mengambil cuti dari tempatku bekerja dan mencoba keberuntunganku untuk mencari dia di lokasi yang ia sebutkan saat itu aku harap ia tidak berbohong saat itu. keteguk kopi terakhirku dan pergi dengan kebulatan tekad. 
         entah pukul berapa aku sampai di stasiun tempat dia waktu itu pergi meninggalkan kereta yang ia tumpangi. aku menunggu di depan pintu gerbang keluar masuk untuk melihat apakah ada dia diantara ratusan orang yang keluar masuk stasiun manggarai. satu persatu kereta commuter line datang dan pergi sedangkan aku masih setia menunggu di batas pagar stasiun ini. hingga matahari sudah meninggi dan aku memutuskan untuk berjalan kesekitar pekantoran yang ia katakan. 
       kawasan pekantoran yang harus kujelajahi ternyata cukup luas rasanya tidak mungkin bisa kujelajahi satu persatu dan berharap menemukan seseorang yang kutahu cuma nama panggilannya saja ah mungkin Tuhan sedang bercanda denganku. bagaimana bisa aku jatuh cinta dengan wanita yang tak pernah benar-benar kukenal. 
        satu blok demi satu blok ku lewati dan rasanya ini menjadi perjalanan terbodoh yang pernah kulakukan. berjalan kaki ditengah hari di kota jakarta rasanya hanya orang gila yang mau melakukannya tanpa paksaan. mungkin aku sudah masuk kesalah satu penyakit gila ala andrea hirata dalam novel laskar pelangi
       kepalaku mulai menciptakan halusinasi bahwa dengan kesungguhan aku bisa menemukannya diujung blok ini dan itu berulang terjadi setiap blok baru ku lalui. halusinasi itu makin mengkhawatirkan atau mungkin aku saja yang sudah lapar mengingat waktu makan siang sudah masuk. 
         berjejer warung makan disepanjang jalan utama. namun ku memutuskan untuk mengisi perutku dengan soto betawi cocok dengan kondisi perut yang ingin dimanja dan pikiran yang sedang tidak mau tau urusan tubuh ini. ternyata untuk memesan soto ditempat tersebut aku harus menunggu dalam antrian yang cukup panjang tapi aku tak peduli, aku hanya sedang ingin makan tersebut.
     setelah sekian lama makananku sampai di meja makanku. tanpa basa basi aku mulai menghabiskan makanan didepanku. tapi laju makanku tertahan karena dari kejauhan aku melihat seseorang yang sedang kucari. tanpa pikir panjang ku sudahi makanku yang baru setengah jalan dan meninggalkan rumah makan tersebut. 
         aku berjalan begitu cepat menuju arah wanita tersebut melangkah. namun, perlahan ku turunkan kecepatan langkahku saat ku mulai berpikir apa yang ingin kulakukan didepannya. menyapanya dengan santai. kalau dia ingat bagus kalau tidak rasanya seperti orang bodoh saja. pura-pura menyenggolnya hingga jatuh ini lebih buruk lagi rasanya seperti kebanyakan nonton drama FTV. atau aku cukup liat dari jauh saja mungkin. ini lebih bodoh lagi sepertinya sudah membuang waktu tapi tak melakukan apapun. 
      cukup lama berdebat dengan pikiran, aku memutuskan untuk melakukan skenario yang pertama. dengan terbata-bata kupanggil namanya.
"an, ani,.............. ani kan?"
"iya, kamu siapa?" jelas sudah  bahwa dia lupa denganku
"ituloh yang waktu itu ketemu di kereta pas ada kejadian pencopetan"
"itu yang mana ya?" ah dia sudah benar-benar lupa sepertinya
"hmmm yang mana ya udah lama sih, tapi mungkin kalau aku sebut nama ku kamu inget, namaku dhoni inget?"
"tetep enggak" ah mati sudah aku kalau seperti ini
"yasudahlah kalau kamu sudah tidak ingat " ucapku sambil tertawa.
"maaf ya, tapi kalau boleh tau ada apa ya?
"cuma mau ketemu kamu" jawaban itu keluar dari mulutku tanpa bisa kusaring
"hmmmm"
"enggak-enggak maksudnya gak gitu kok"
"santai-santai, kamu itu aneh ya tiba-tiba dateng terus ngomong kayak gitu"
"maaf"
"kan ku bilang santai aja. oh ya aku duluan ya sudah mau jam masuk kantor lagi"
"oke deh, oh ya kalau boleh tau kamu kerja dimana sih"
"itu, digedung itu aku kerja. udah dulu ya" jawab dia sambil mengambil jalan lebih cepat. 

      setelah dia cukup jauh aku mulai mengutuki diriku sendiri dengan tingkahku tadi. rasanya seperti bukan diriku. bodoh dan rasanya aku sudah sangat memalukan diriku didepan dirinya. meski begitu aku bersyukur setidaknya sekarang aku tau tempat dimana ia bekerja. 

     kini aku percaya orang jatuh cinta adalah orang gila. semenjak hari itu hampir setiap hari jam makan siangku kuhabiskan didaerah perkantorannya dan sudah pasti makanan pilihanku soto betawi karena yang bisa duduk lama karena menunggu dan makan ya cuma tempat itu. percakapan ku dengannya selalu tidak lebih dari 3 kalimat dan setelah itu ia melangkah pergi. lama-kelamaan list pertanyaanku akan habis, mulai dari tempat tinggal sampai warna kesukaaan sudah kutanyakan tapi respon dari dia tetap sama.
       hingga saking seringnya aku datang terlambat hari ini temanku di kantor bertanya.
"lo makan dimana sih don, hampir 3 bulan ini selalu telat kalau jam makan siang, gak takut gaji lu dipotong terus"
"biasa ada urusan"
"urusan apaan yang bikin seorang dhoni yang terkenal ontime jadi telat ?"
"kepo deh lo"
"aah jangan-jangan lu lagi jatuh cinta ya dhon"
"ngawur aja lo"
"ngaku aja dhon, siapa dhon, siapa cewe yang ngebuat seorang dhoni yang kaku jadi kayak orang gila kayak gini"
"sialan lo, gua gak kaku-kaku amat"
"canda bro, lagian gimana respon cewe yang bikin u kyk gini"
"au bro, gitu-gitu aja"
"gitu gimana?"
"dua kalimat terus pergi gitu terus"
"udah berapa kali"
"au berapa kali itung aja tiap kali gua telat"
"dhon-dhon itu mah u ditolak dhon" sambil ngitung jumlah hari dimana aku telat ke kantor
"kok bisa kan gua belum nembak"
"emang ditolak perlu ditembak dulu, dasar lu dhon"
"ngarang aja lu, buktinya dia masih respon"
"terserah lu aja deh dhon, susah ngomong sama orang lagi jatuh cinta, ati-ati masuk kategori penyakit gila nomor 26 dhon"
"maksudnya?"
"iya penyakit gila karena gak bisa bedain mana ditolak mana diterima" ucap temanku sambil tertawa 


Komentar

Postingan Populer