Perempuan yang berbeda


Pagi ini tidak ada yang berbeda dengan pagi-pagi sebelumnya hanya ada aku dan secankir kopi dalam gelas plastik yang kuhirup di cuaca yang sedikit sendu akhir-akhir ini.
Kereta menuju jakarta kota masih jauh tersedia dari stasiun tempat ku menunggu saat ini. Berarti masih ada waktu untukku menghabiskan kopiku sebelum harus kembali lg ke dalam realita kota jakarta.
Aku memang punya kebiasaan untuk menggunakan fasilitas transportasi publik dibandingkan menggunakan kendaraan yang di sediakan kantor bukan karena lebih cepatnya karena menurutku baik kereta maupun mobil pribadi tetap punya probabilitas untuk menghasilkan keterlambatan. 
Aku lebih suka naik kendaraan transportasi publik karena disini lah transaksi sosial terjadi. Jual beli emosi antara satu orang keorang terjadi tanpa sang pemilik emosi tersebut menyadarinya.
Mereka yang marah menjual emosi mereka kepada mereka yang peragu. Mereka yang ceria menawarkan senyum pada mereka yang dirundung duka. Begitu unik dan tak pernah ada kata reka ulang dalam setiap momen yg terbentuk. 
Hingga tanpa kusadari gelas kopiku sudah tak berisi apapun saat aku terlalu asik menonton teater masyarakat yang ada di sekitarku. 
Tapi hari ini tiba-tiba menjadi berbeda ketika ku berjalan menuju tempat sampah yang cukup jauh dari tempat ku duduk tadi. Sebuah sosok wanita jelita yang menganggu keharmonisan ku pagi ini hampir saja nyaris membuatku terjatuh karena tidak berhati-hati dalam melangkah. 
Dalam hatiku berkata siapa wanita tak tau sopan santun ini yang berani mengusik teater yang sedang ku nikmati. 
Aku mungkin memang tidak bisa dihitung cukup lama menikmati jasa kereta dalam kota ini cuma aku hapal hampir semua gerak-gerik penumpang yang ada di kereta bahkan seorang copetpun aku kenal meski ia tak mengenalku tapi perempuan ini tidak masuk kriteria manapun bahkan aku tak pernah melihat sosok seperti ini. 
Mungkin dia orang baru disini atau aku saja yang kurang memandang lebih luas. Ah mana ku peduli mana yang benar yang aku cuma tau dia harus "meminta maaf" kepadaku. Tapi bagaimana caranya ku menyuruhnya minta maaf namanya saja aku tak tau apalagi urusan membosankan seperti menyuruhnya minta maaf. 
Belum sempat ku memutuskan apa yang harus kulakukan terdengar pemberitahuan kereta yang kutunggu sudah memasuki stasiun. Dengan tampang polos, aku berdiri disamping perempuan tadi seolah-olah sedang menunggu kereta yang sama. Tapi Tuhan memang sedang ingin bercanda kepadaku. Wanita tersebut malah mendekati kereta yang sedang kutunggu ah tapi tetap kupikir itu hanya kebetulan saja jadi aku tidak memikirkannya. Lagian dengan begini aku bisa mengobservasi dirinya lebih lama. 


Kereta pagi ini sama sesaknya seperti hari biasa. Meski begitu aku masih bisa melihat dengan jelas dimana wanita tersebut berdiri. kami berdua sama-sama tidak kebagian tempat duduk didalam gerbong kereta. Wanita tersebut selama di gerbong kereta tidak melakukan tindakan apapun yang bisa membuatku mengobservasi lebih jauh sehingga akhirnya kuputuskan untuk melihat sekitarku.
Kupikir hari ini akan lebih berwarna dengan hadirnya wanita tersebut tapi rasanya aku terlalu berekspetasi tinggi untuk satu hal tersebut. Teater kehidupanku akhirnya kembali berjalan normal seperti biasa.
Kali ini teater memberikanku pertunjukan copet kota sedang akan melakukan aksinya. Seorang copet yang ku kenal dari perjumpaanku sekilas beberapa pekan lalu saat ia mencoba "menyapaku". Tapi sapa tinggalah sapa pada akhirnya ku kenal dengannya dan kupikirkan dia sudah tidak mau memerankan perannya jadi copet semenjak itu tapi nyatanya dia hari ini datang sebagai tukang copet.
Aku hanya melihat dari kejauhan apakah niatnya yg lurus akan kembali bengkok hari ini. Aku masih liat keraguan di wajah copet tersebut ada rasa bersalah namun keterpaksaan dalam tindakannya hari ini. Ah kurasa dia sedang ada masalah di "rumahnya" dan butuh dana cepat hingga terpaksa melakukan ini lagi.
Tapi sudah 15 menit dia tak jadi2 melakukan aksinya. Padahal dulu saatku berkenalan dengannya hanya dalam waktu kurang 1 menkt dia bisa mendapatkan apa yang dia inginkan. Sepertinya teater kali ini akan menciptakan tragedi aniaya diakhir perjalanan kereta ini.

Tapi sekali lagi wanita tersebut menganggu teaterku dengan tanga sigap dia memegang tangan copet tersebut sebelum bergerak melakukan aksinya. Dan dengan wajah penuh pengertian dia menyelipkan uang pada tangan copet tersebut. seolah dia mengerti apa yang copet tersebut sedang alami.
Reaksi copet tersebut hanya diam terpaku bingung mau melakukan apa. Dan dengan wajah penuh terima kasih pencopet tersebut undur diri di stasiun terdekat.

Ah baru kali ini aku dapat teater yang berbeda dalam perjalanan kereta. Hal ini membuatku semakin penasaran dengan wanita tersebut siapakah dia.
Aku berpikir ini kesempatanku untuk dekat denganya dan mencari tau siapa wanita tersebut. Aku berjalan mendekat. Suasana didalam kereta cukup berkurang setelah melewati stasiun manggarai. Sehingga aku bisa berjalan didalam gerbong tersebut. Dan kini aku tepat berada disampingnya. Tapiaku bingung hendak berkata apa. Semua kata tertahan di tenggorokanku tak ada yang bisa keluar dari mulutku. Aku terus mencoba menjaga ekspresiku agar tetap tenang. Tapi rasanya itu sia-sia saat wanita itu malah menyapa ku duluan. 
"Hai"
"Hai, eh kamu berbicara padaku?"
"Ya siapalagi kalau bukan kamu. Pintu kereta yang ku ajak bicara?"
"Ya kali saja kamu sudah bosan berbicara dengan manusia hehe"
" haha lucu ya kamu"
"Lucu apa kriuk hehe"
"Haha terserah kamu deh"
"Suka naik kereta?"
"Hmmm gak juga sih. Ini terpaksa naik kareta gak ada kendaraan tadi dirumah"
"Ooh pantes"
"Pantes apa?"
"Bukan apa2"
"Oh ya namamh siapa? Masa kita ngobrol gak tau nama."
"Namaku ani, kamu?"
"Dhoni an"
"Oh ya kerja dmn an?"
"Dekat --------"
"Oh disana. "
"Kalau km don?"
"Cukup jauh dari tempatmu aku di------"
"Jauh jg ternyata tempat kerjamu"
"Ya begitulah an"
"Oh ya don aku duluan ya"
Pintu kereta yang terbuka membuyarkan lamunan dan pembicaraan semu kami"
Akhirnya dia melangkah keluar. Dan semakin lama bayangnya semakin menghilang ditelan laju kereta yang menjauh.
Ah mungkin memang hanya pertemuan sesaat bagiku tapi aku bersyukur bisa mengenal wanita seunik dia. Dalam hati aku ucapkan terima kasih padanya karena memberikan cerita yang berbeda di hariku dan kutup sambil berdoa semoga takdir mengijinkanku untuk bertemu dengannya lebih lama lagi.

Komentar

Postingan Populer