Hanya sepucuk surat

Sepucuk surat kuterima hari ini. Tanpa nama mau tanda pengenal. Tetapi disurat tersebut tertulis jelas namaku bahkan hingga gelar yg baru kudapatkan lama ini tertulis dengan tepat.
Aku menjadi penasaran gerangan apa dan siapa pengirim surat ini. Hal yang ia ketahui terlalu spesifik dan hanya teman-temanku yang tau hal itu, tetapi rasanya janggal kalau temanku sendiri yang mengirim surat ini.
Setelah cukup lama menimbang akhirnya kuputuskan untuk membuka surat tersebut sekarang. Kutarik sebuah bangku kedekatku lalu kubuka surat tersebut perlahan.
Ada yang berbeda dari cara surat ini di tutup kedalam amplop. Tak ada bau lem yang tersisa dari pinggiran kertas lipatan penutup amplop ini. Semua dilakukan secara sempurna tanpa meninggalkan jejak sedikitpun. Hanya orang terlaltih atau terbiasa yang bisa melakukan ini pikirku dalam hati. Bahkan suratnya pun masih ditulis dengan penekanan tebal tipis yang begitu serasi didalam rangkaian bait kata.
Ah sekali lagi aku hanya bisa berdecak kagum dengan kesempurnaan yang dibuat si penulis surat ini.

Tapi karena hal itu semua aku kembali menutup surat tersebut. Mencoba mengingat-ingat siapa pemilik kesempurnaan ini dari file-file berdebu di memori kepalaku. Satu persatu kusortir ingatan nama dan orang dikepala sedikit memaksakan ingatanku kepada orang-orang tersebut. Mencoret satu persatu nama dari list yg otakku buat .hingga menyisakan beberapa nama orang perfeksionis dalam perjalanan hidupku.  Tapi aku tidak bisa mengkerucutkan nama-nama itu menjadi satu. Mereka berbeda satu sama lain tapi mereka sempurna aku perlu yang lebih jelas data yang lebih jelas untuk mengetahui siapa pemilik surat ini.

Ku memutuskan untuk memulai membaca surat tersebut untuk memberikanku gambaran yang lebih jelas siapa pemilik sebenarnya surat ini.
Aku baru menyadari bahwa surat ini ditulis dengan bahasa yang sudah lama tidak kugunakan sehingga aku harus perlahan membacannya.

Mungkin kata yang pertama terlintas di pikiranmu siapa penulis yang berani mengusik kehidupanmu sekarang bukan begitu dhoni. Tapi rasa penasaranmu pasti lebib besar dari rasa masa bodohmu dan aku tau itu. Sehingga kamu tetap membaca surat ini hingga ketahap ini. 
Bagaimana kehidupanmu? Aku dengar kamu menjadi apa yang kamu inginkan. Aku bersyukur mendengarnya tapi jangan sampai kamu kehilangan idealismemu yg dulu kuharap itu akan selalu terjaga. 
Kalau kabarku sendiri biar disurat yg lain aku akan mengabarimu tapi ada satu hal yang membuatku menulis ini kepadamu. 
Entah kamu masih ingat atau sudah lupa tapi kita punya permainan yang belum kita selesaikan hingga waktu itu kita berpisah. Permainan yang kamu buat untuk diriku dan harus kupecahkan sendiri katamu waktu itu sembari tertawa melihat mukaku tertekuk. 
Tapi ternyata permainan itu lebih susah dari pada yang kukira sebab saat semua terlambat aku baru tau jawaban dari permainan yang kamu berikan. Aku hanya ingin mengucapkan terima kasih padamu telah memberikan permainan itu padaku walau sekarang permainan itu mungkin sia-sia tapi kuharap aku bisa bertemu denganmu langsung dan menjawabnya tepat dihadapanmu dan melihat reaksimu saat itu agar kutahu kamu masih menyukai permainan itu atau tidak. Haha jahat sekali diriku haha tapi itu yang akan kulakukan jadi sampai jumpa di pertemuan kita selanjutnya entah kapan itu akan terjadi.
Tertanda
Permainanmu yang mungkin masih kamu rindukan

 kini akupun tahu siapa penulis surat ini dan aku hanya bisa tersenyum saat ini. Saat ku berhasil menyebut nama orang tersebut. Ya kamu si makhluk unik.




Komentar

Postingan Populer